LAZIS Sabilillah – Masjid Sabilillah Malang bersama Masjid Roudhotul Musyaawaroh Kemayoran, Surabaya menyepakati untuk membentuk hubungan kerjasama secara kontinyu untuk pengembangan Masjid besar. Kesepakatan itu disampaikan dalam kunjungan Masjid Roudhotul Musyaawaroh ke Masjid Sabilillah pada Selasa (14/9) di Ruang Rapat Masjid Sabilillah.
Hadir menerima kunjungan tersebut Prof. Masud Said selaku ketua Yayasan Bidang 3 beserta ketua LAZIS Sabilillah Dr. Abdul Adzim Irsyad. Selain itu, turut hadir K.H. Anas Bashori Alwi Ketua Yayasan Bidang 1 beserta sekretaris Ust. Farhan, serta rombongan pengurus Masjid Roudhotul Musyaawaroh.
Dalam kesempatan itu, K.H. Ma’ruf Syiah mewakili dari Masjid Roudhotul Musyaawaroh berniat untuk belajar kepada Masjid Sabilillah. Hal itu sejalan dengan capaian masjid besar ini sebagai masjid percontohan paripurna Nasional di 2022 dan 2016.
“Kami berniat untuk belajar kepada masjid taraf Nasional ini. Terutama dalam hal pengelolaan keuangannya,” ungkapnya.
Menyambut hal itu, Prof Masud Said menerangkan tentang bagaimana Yayasan Sabilillah berkiprah. Beliau menjelaskan tentang struktur organisasi yang dibagi melalui tiga bidang, bidang keagamaan/ketakmiran, pendidikan, sosial. Ketiganya sudah mempunyai kemandirian finansial.
“Contoh saja di LAZIS Sabilillah, perputaran kita mencapai 3,5 M tiap tahunnya. Tentu, uang tersebut merupakan amanah donatur yang harus kita kelola dengan profesional dengan bekerja setiap hari,” tuturnya.
Senada dengan itu, Kiai Anas Bashori menjawab tentang apa penyebab profesionalisme para takmir dan imam yang ada di Masjid Sabilillah.
“Almaghfurlah Kiai Tholchah pernah dawuh bahwa Masjid harus bisa mensejahterakan para imam dan takmir. Jangan sampai mereka terpinggirkan kesejahteraannya. Berawal dari itu, imam rawatib kita jadi profesional, mereka suaranya merdu dan rata-rata di bawah 45 tahun. Sehingga jamaah juga nyaman ketika sholat disini. Terbukti dari hari kehari selalu meningkat,” sambungnya.
Prof Masud Said, lanjutnya, berharap kunjungan ini tak hanya berhenti disini. Beliau menginginkan ada tindak lanjut yang kontinyu agar kedua masjid itu dapat berkembang seiringan. Sebab, masjid Sabilillah dan Masjid Roudhotul Musyaawaroh mempunyai sejarah yang sama.
“Kalau perlu kita bentuk poros masjid perjuangan. Artinya, dua masjid ini kita ikat untuk saling belajar. Dulu Laskar Sabilillah yang dikomandoi Kiai Masjkur itu ketika 10 November 1945 transitnya juga di Masjid Kamayoran, Surabaya. Itu jadi tanda awal ikatan kita,” terangnya.
Diakhir, ia berharap pertemuan ini menjadi awal yang baik untuk kemaslahatan umat. Sehingga masjid tidak hanya sebagai pusat peribadatan, tapi juga pusat peradaban.