Press ESC to close

Guru TPQ: Dedikasi Tinggi, Penghargaan Masih Rendah

Di tengah pengabdian mulia mengajarkan Al-Quran kepada generasi muda, kesejahteraan guru Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) masih jauh dari kata layak. Mereka yang berperan penting dalam membina akhlak dan moral anak-anak melalui pendidikan agama, sering kali harus menghadapi kenyataan pahit.

Honor yang diterima tidak sebanding dengan beban kerja mereka. Dalam banyak kasus, para guru hanya mendapatkan honor sebesar Rp10.000 hingga Rp20.000 per pertemuan—jumlah yang jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kesenjangan Kesejahteraan: Perkotaan vs Daerah Terpencil Kesenjangan kesejahteraan guru TPQ di perkotaan dan daerah terpencil sangat mencolok.

Di kota besar, TPQ memiliki dukungan yang lebih baik, baik dari segi metode pembelajaran maupun manajemen yang lebih terorganisir. Dukungan pemerintah dan komunitas di kota juga lebih terasa. Hal ini memungkinkan TPQ di perkotaan berkembang lebih baik dan guru-gurunya mendapatkan penghasilan yang lebih memadai.

Namun, di daerah terpencil, kondisinya berbeda. Banyak guru TPQ di pedesaan yang hanya mengandalkan sumbangan dari wali santri, dan itu pun seringkali tidak menentu. Kadang, mereka hanya mendapatkan bahan pokok seperti beras atau gula sebagai bentuk imbalan.

“Di daerah terpencil, guru TPQ sering kali menghadapi situasi sulit, di mana dukungan finansial sangat terbatas. Kami bahkan pernah mendengar ada yang dibayar hanya dengan bahan kebutuhan pokok,” ungkap Ustadz Wahyu Sapta Marga, Ketua Forum TPQ Yayasan Sabilillah Malang (FORTYS), yang juga merupakan Kepala TPQ Nurul Iman 2.

Tantangan Program Pemerintah Meskipun pemerintah telah menginisiasi beberapa program untuk membantu meningkatkan kesejahteraan guru TPQ, seperti sertifikasi dan bantuan sarana prasarana, namun realisasinya belum optimal. Di lapangan, tidak semua guru dapat mengakses program ini dengan mudah.

“Sertifikasi dan tunjangan memang ada, tapi sering kali terbatas oleh kuota. Banyak guru yang belum mendapatkan bantuan ini, terutama di daerah-daerah terpencil,” tambah Ustadz Wahyu. Kendala administratif dan kurangnya data yang akurat mengenai jumlah guru TPQ juga menjadi tantangan dalam penyaluran bantuan pemerintah.

Inisiatif Swasta Membawa Harapan Di tengah keterbatasan bantuan pemerintah, beberapa lembaga swasta berusaha mengambil peran dalam meningkatkan kesejahteraan guru TPQ. S

alah satu inisiatif yang muncul adalah dari FORTYS, yang telah memberikan berbagai program bantuan, mulai dari penyediaan sarana dan prasarana, hingga penghargaan berupa perjalanan umrah bagi guru TPQ yang berprestasi. Meski jumlah bantuan masih terbatas, langkah ini memberikan harapan bagi kesejahteraan yang lebih baik.

Motivasi Pengabdian di Tengah Keterbatasan Meski kesejahteraan mereka sering kali berada di bawah standar, banyak guru TPQ yang tetap mengajar dengan semangat. Mereka menjadikan ajaran agama sebagai motivasi utama dalam mengabdi. “Sebagian besar dari kami mengajar dengan niat lillahita’ala.

Kami mengharapkan balasan dari Allah SWT, bukan semata-mata dari materi,” kata Ustadz Wahyu. Prinsip “Khoirukum man ta’allamal Qur’an wa ‘allamahu” – sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Quran – menjadi pedoman yang membuat para guru TPQ tetap bersemangat dalam menjalankan tugas mereka.

Suda saatnya kita bergerak untuk membantu mereka. Klik disini