Halal Bi Halal Yayasan Sabilillah, Kembalikan Makna Fitri Sebagai Penyuci Hati

Halal bi halal Yayasan Sabilillah Malang sukses digelar di halaman masjid Sabilillah pada Senin (1/5/2023) pukul 09.00. Acara yang dihadiri oleh ratusan karyawan ini menghadirkan sambutan Ketua Dewan Pembina Yayasan, Prof Dr AH Rofi’udin MPd, serta tausiyah Dr. KH. Dahlan Tamrin, M. Ag.

Dalam tausiyahnya,  beliau mengingatkan kita untuk untuk mensucikan diri dan membersihkan hati. Bulan Ramadhan mendorong untuk memiliki fikiran yang sehat dari tubuh yang sehat, dan tubuh yang sehat muncul dari hati yang sehat. Itulah mengapa dalam Islam lebih mengutamakan bagaimana hati seseorang selalu bersih.

Jika menggunakan pendekatan tasawuf, beliau teringat penulis buku Buya Hamka yang menjelaskan tentang tasawuf modern. Salah satu definisi tasawuf yang pernah diungkapkan oleh Buya Hamka yaitu menggambarkan manusia lahir dalam keadaan bersih, suci, dan tanpa titik noda. Namun, ketika beranjak dewasa ada potensi menuruti hawa nafsunya mulai dari pemuda 18 tahun hingga sekitar 60 tahun.

“Sungguh berbahagia mereka orang-orang yang selalu membersihkan dirinya dengan dzikir dan sholat, maka setiap harinya mereka punya kesempatan untuk membersihkan hatinya. Mereka yang selalu membersihkan hatinya maka akan disempurnakan hatinya pada Bulan Ramadhan, dan janganlah menganggap dirimu paling bersihm” tuturnya.

Lantas, ia membedah makna kemenangan di iduk fitri ini. Siapakah orang yang berhasil? Orang yang selalu bersegera dan tidak menunda minta ampun kepada Allah. Sama halnya dengan tujuan orang muttaqin, yakni orang yang di dalam menghadapi harta dunia mempunyai sikap berserah diri pada Allah dan Rasul-Nya. Meniru sahabat nabi Sayyidina Abu Bakar saat ditanya, “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menyerahkan semua hartamu, bagaimana keluargamu?”,” Semua harta saya serahkan untuk membela agama,” Jawab Sayyidina.

“Nah, itulah ciri-ciri orang muttaqin yaitu, pertama berkaitan dengan harta mereka berserah kepada Allah, kedua suka mengendalikan emosi, ketiga suka memaafkan orang lain, dan kemudian yang terakhir Allah cinta kepada orang yang berbuat terbaik,” ucapnya.

Ingat sebuah pesan dari Kyai Usman Mansyur, supaya Umat Islam tetap memiliki perilaku yang bagus. Maka pendidikan etika, akhlak, tasawuf sampai jenjang berapa saja tetap harus diberikan, jangan sampai dibuang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *