Mengenal Zuhud dan Tingkatannya

Oleh : Galang Fahreza

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi was sholatu was salaamu ‘alaa rosulillahi wa’alaa aalihi wa sohbihi wa man waalaah. Amma ba’du.

Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas nikmat iman, Islam, serta nikmat sehat, Shalawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

zuhud adalah melenyapkan keterkaitan hati dengan harta. Sehingga zuhud bukan berarti tidak kaya. Juga tidak identik dengan miskin. Orang kaya belum tentu tidak zuhud. Orang miskin juga belum pasti memiliki sikap zuhud. Karena zuhud adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan lahiriyah. Sehingga yang mengetahui apakah dia zuhud atau tidak adalah dirinya sendiri, dan tentu saja Allah swt.

“Jangan kalian mengatakan bahwa seseorang mempunyai sifat zuhud. Karena keberadaan zuhud adalah di hati,” kata Abu Sulaiman ad-Darani.

Imam Ahmad membagi zuhud ke dalam tiga tingkatan. Pertama. Tingkatan zuhud orang awam. Pada tingkatan ini, seseorang dianggap zuhud manakal dia meninggalkan keharaman. Kedua, tingkatan zuhud orang-orang istimewa (khawash). Yaitu meninggalkan hal-hal –bahkan yang halal sekalipun- yang melebihi kebutuhannya. Jadi dia hanya mengambil sesuatu yang menjadi kebutuhannya saja. Ketiga, tingkatan zuhud orang yang sangat istimewa (al-‘arifin). Pada tingkatan ini, seseorang akan meninggalkan segala sesuatu yang mengganggunya untuk ingat kepada Allah

Lalu bagaimana caranya agar sifat zuhud bisa tumbuh di hati seseorang? 5 faktor yang dapat menumbuhkan sifat zuhud

  1. Memiikirkan kehidupan akhirat
  2. Menumbuhkan kesadaran bahwa kenikmatan dunia dapat memalingkan hati dari ingat pada allah
  3. Menumbuhkan kesadaran bahwa mengejar dunia itu melelahkan
  4. Menyadari bahwa dunia itu terlaknat
  5. Merasa bahwa dunia adalah hina dan godaannya bisa membahayakan kehidupan manusia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *