Santri Rumah Yatim Sabilillah Mampu Menempuh Jenjang S1 dan S2 Secara Bersamaan

Sulthonul Idhom atau yang kerap disapa Sulthon ialah mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga santri Rumah Yatim Sabilillah. Ia sedang menjalani program fast track, atau percepatan kuliah sehingga ia dapat menempuh jenjang S1 dan S2 secara bersamaan. 

Mahasiswa yang lahir 2 Agustus 2002 itu merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara dan berasal dari keluarga sederhana di Tuban. Sejak kelas tiga MI, ia sudah ditinggalkan oleh ayahnya. Namun, itu tidak membuat ia kehilangan semangatnya. Ia menyelesaikan pendidikan MI di kampung halamannya, sebelum merantau ke Malang mulai dari MTs hingga sekarang.

Pendidikan yang ia tempuh di Malang tidak hanya pendidikan formal saja. Selain bersekolah di MTs dan MA Al Ma’arif Singosari, ia juga menempuh pendidikan di Pesantren Ilmu Qur’an Singosari.

Diusianya yang terbilang cukup muda, ia masuk ke UIN melalui jalur undangan. Tidak hanya itu, ia memiliki segudang prestasi debat yang membuatnya bisa menempuh program fast track seperti sekarang ini. Prestasi yang ia raih antara lain; Juara 3 Lomba Debat Aswaja di PWNU Jatim tahun 2019, juara 3 Debat Aswaja se-Malang Raya di UNISMA tahun 2020, juara 2 Debat Hukum Ekonomi di UIN Walisongo Semarang tahun 2021, juara 1 Debat Konstitusi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2022, dan juara 3 Debat Hukum Nasional di President University Jakarta tahun 2022.

Meski prestasi yang ia miliki banyak, syarat untuk menempuh program fast track tidak semudah yang dibayangkan. Mulai dari IPK tidak boleh dibawah 3,5 , pernah meraih prestasi minimal tingkat provinsi, nilai TOAFL minimal 450, tes akademik, dan wawancara.  Diantara 300 orang yang mendaftar, Sulthon bisa dibilang beruntung karena menjadi salah satu dari 120 mahasiswa terpilih.

Menurutnya, ia memiliki kemungkinan kecil untuk lolos. Sebab, ia memilih jurusan yang berbeda antara jenjang S1 dan S2 nya yakni, hukum ekonomi dan ekonomi syariah.  

Ia beralasan jika kesempatan yang ia peroleh belum tentu bisa terulang kembali.

“Lebih cepat lebih baik, kalau ada kesempatan kenapa tidak diambil” ujarnya saat diwawancarai langsung senin (20/11) di Rumah Yatim Sabilillah.

Selama menjalani program fast track, Sulthon bergabung dengan keluarga LAZIS Sabilillah. Ia bergabung karena di LAZIS Sabilillah bisa mengetahui penerapan langsung dari ilmu ekonomi syariah. 

Keseharian yang ia lakukan saat ini ialah kuliah dan khidmat di LAZIS Sabilillah. Ia berpesan untuk sabar dan istiqomah dimanapun kita berada.

“Dimanapun kita berada dan berposisi, sabar dan istiqomah adalah kuncinya” tutupnya.

pewarta : Oktafia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *