Menengok Keseruan Study Tour Fortys dan Forum Imam Musholla

LAZIS Sabilillah – Dalam rangka internalisasi model pengajaran Qur’an, Forum TPQ yayasan Sabilillah (FORTYS) dan Imam Musholla binaan LAZIS Sabilillah melakukan study tour ke Jombang. Sebanyak 150 peserta bertolak ke PP Madrasatul Quran Tebuireng Jombang, pada 14 Agustus 2022.

“Ini merupakan salah satu program dari FORTYS sebenarnya, namun karena forum imam musolla punya program ziarah wali, akhirnya kita sekalian gabungkan bersama,”ucap Ust. Mamad sekretaris LAZIS Sabilillah.

Sesampai disana, peserta di sambut dengan gedung dan halaman yang luas. Mereka tiba sekisar pukul 11 siang, sehingga peserta nampak bercucuran keringat karena cuaca terik yang panas. Namun, panasnya cuaca jombang tidak sebanding ketika masuk ke gedung sport center Pondok yang sejuk.

Dalam kesempatan itu, peserta menerima materi kurikulum seputar pengajaran di PP Madrasatul Quran Tebuireng. Mulai dari pembiasaan, metode pengajaran Qur’an hingga tahfidz.

Ust. Jalaluddin Hayat yang merupakan ketua Unit Tahfidz Pondok Pesantren Madrasatul Quran dalam paparannya menerangkan bahwa ada beberapa metode yang diterapkan di pondok tersebut.

Diantaranya adalah program Binnadliar (non-hafalan). Program ini dikhususkan bagi mereka yang belum dapat mengambil program tahfidz karena belum memenuhi syarat. Di dalamnya terdapat empat tingkatan. Pertama adalah tingkat mubtadi (pemula); mereka yang belum mampu membaca al-Qur’an dan atau belum mempunyai dasar- dasar fashahah. Kedua tingkat mutawassith (menengah); sudah lancar membaca dan menguasai dasar- dasar fashahah, namun belum bisa membedakan ciri-ciri huruf dan cara melafadkannya.

Ketiga, Tingkat Muntadbir; sudah lancar membaca dan fasih, namun kurang menguasai waqof, ibtida serta musykilat al-ayat, serta yang terakhir adalah tingkat Maqbul; tingkat dimana santri tinggal menempuh qira’ah muwahhadah (standar MQ).

Bagi santri yang sudah melalui tingkatan tersebut akan masuk pada program (menghafal al-Quran). Program ini dibagi menjadi dua fase, yakni Qira’ah Masyhurah (bacaan al-Qur’an populer) dan Qira’ah Sab’ab (tujuh bacaan al-Qur’an riwayat dari tujuh orang Imam). Kedua fase ini terlebih dahulu harus melewati fase dasar (qira’ah muwahhadah) bagi yang belum memenuhi syarat untuk menghafal.

Menurut Ust. Wahyu selaku ketua FORTYS alasan ditunjuknya PP MQ Tebuireng ini tak lain karena sejarahnya yang sudah berdiri cukup lama yakni 1977. Tak hanya itu, para tebuireng juga dikenal sebagai pondok yang telah melahirkan banyak ustadz dan hafidzoh yang layak. Sehingga, study ini dianggap perlu sebagai modal ilmu bagi para Guru TPQ dan Imam Musholla.

“Alhamdulillah sudah banyak yang kami dapatkan tadi, mulai dari pengajaran Qur’an hingga Tahfidz. insyAllah ini menjadi inspirasi untuk kita bawa pulang ke lembaga masing-masing TPQ,” ucap Ust. Wahyu.
Senada dengan itu, Ustadzah Aisyah sebagai salah satu Ustadzah termuda yang duduk di bangku SMA tersebut mengungkapkan rasa senangnya karena telah mengikuti rangkaian study ini. Ia berharap semoga para pemuda di luar sana melek akan pendidikan baca Qur’an.

“Seharusnya yang muda yang mempunyai kepedulian lebih tentang pengajaran Qur’an ini,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *