Tak Ada Keberhasilan tanpa Perjuangan

Rasanya tak akan habis waktu bila menceritakan Tokoh Perintis Yayasan Masjid Sabilillah Malang yang satu ini. Yang lewat tangan dingin dan karakter kontroversialnya mampu menjadikan Masjid Sabilillah menjadi satu ikon peradaban Islam Modern di Kota Malang, sehingga menjadi kebanggaan seluruh warga Kota Malang hingga saat ini.Beliau biasa dipanggil H. Abdul Hamid Iskandar atau biasa dipanggil Pak H.Hamid atau Abah Haji Hamid oleh kalangan tertentu.

           Alm. H. Abdul Hamid Iskandar, lahir di Desa Birayang Kabupaten Barabai Kalimantan Selatan, tanggal 3 Desember 1932. Beliau lahir dari keluarga pejuang kemerdekaan sederhana di desa terpencil di Kalimantan Selatan.  Beliau bukan orang kaya, tapi Beliau sangat cukup dibekali kekayaan akan ilmu pengetahuan, pendidikan agama yang kuat dan rasa cinta tanah air dan bangsa. Tidaklah heran, karena orang tua Beliau adalah salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yaitu Alm H. Iskandar yang getol mengangkat senjata untuk mengusir penjajah Belanda dan Jepang, sekaligus tokoh Agama dari Ahlussunnah Wal Jama’ah di daerahnya. H. Abdul Hamid Iskandar tumbuh menjadi seseorang yang keras dan jujur sekaligus sangat menjunjung tinggi apa itu Perjuangan. Bagi Beliau seperti yang sudah diajarkan orang tua Beliau bahwa “dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang akan berhasil tanpa dicapai dengan perjuangan tanpa putus asa dan selalu mengedepankan kebenaran, kejujuran, serta tidak meninggalkan nilai-nilai ke-Islaman sesuai disyariatkan Rasulullah SAW ”.

             Masa muda Beliau terbilang amatlah unik. Sebagai putra ke-3 dari 9 bersaudara, Beliau termasuk anak muda yang sangat  berani dalam menyuarakan kebebasan berpendapat dan berkarya di lingkungannya, bahkan tak jarang sering bertabrakan dengan pandangan kaum tua yang saat itu masih memandang setengah negative pada masa itu. Beliau hijrah dan merantau ke Jawa Timur dalam usia yang masih sangat muda setelah menamatkan SMP di daerahnya, tanpa mempunyai bekal apa-apa. Beliau mendaftar masuk di SMA Bagian C (sekarang SMA Negeri 4 Tugu Malang) dan bergabung dengan Gerakan Tentara Pelajar hingga tahun 1950. Kemudian karena prestasi Beliau dalam Tentara Pelajar ketika ikut mengusir penjajah dari Kota Malang, Beliau diberi semacam kebebasan biaya untuk mengikuti pendidikan kemiliteran di bawah Ajendam TNI  AD Kota Malang. Beliau juga ikut berperan dalam memerangi pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 dan Gerakan PKI tahun 1965 di Kota Malang. Dan juga mencapai prestasi membanggakan kesatuannya kala itu.

              H. Abdul Hamid Iskandar di samping keras, tetapi sangatlah suka menimba ilmu dengan para alim ulama selama perjalanan kariernya dan selalu dekat dengan para ulama. Salah satu kelebihan dari Beliau adalah kemampuan berbaur dengan berbagai kalangan baik itu ulama, birokrat, masyarakat pribumi, para pengusaha sampai kaum etnis Tionghoa. Karena kesukaan bergaul dan berorganisasi itulah mengantarkan Beliau menjadi Pengurus Gerakan Pemuda Anshor Kota Malang yang bermarkas di A. Yani 67 Malang (sekarang A.Yani 43 Malang) pada tahun1960 –an. Beliau juga bergabung dalam Team Khusus Kepanitiaan pembangunan Masjid Sabilillah pada tanggal 4 Agustus 1974. Dari beberapa nama yang ada hingga saat ini bisa disebut sebagai Perintis Awal Masjid Sabilillah, yang mana dari sekian perintis, tinggal KH. M. Tolchah Hasan yang sekarang ini menjadi Ketua Umum Yayasan Masjid Sabilillah menggantikan Alm. H. Abdul Hamid Iskandar hingga saat ini.             Pembangunan Masjid Sabilillah di atas bukannya tidak mengalami hambatan dan halangan. Dengan minimnya dana yang dipunyai oleh Yayasan, akhirnya menggerakkan Alm H. Abdul Hamid Iskandar beserta team lainnya untuk melobi berbagai kalangan pengusaha, kalangan pemerintahan kota dan pemerintahan pusat., untuk menjaring dana guna mewujudkan impian yaitu membangun Masjid Sabilillah Kota Malang. Tak jarang Beliau harus bermalam-malam tanpa tidur  untuk menemui beberapa pejabat penting guna menggoalkan permohonan dana untuk Sabilillah saat itu. Syukur Alhamdulillah, dana akhirnya mulai terkumpul, bahkan tercatat Alm Presiden Soeharto termasuk salah satu penyumbang saat itu, di samping perusahaan-perusahaan rokok seperti PT Bentoel Malang dan PT GUdang Garam Kediri, Pemerintah Propinsi Tingkat 1 JATIM, Pemkot Malang dan masyarakat terkait di Kota Malang saat itu. Hingga pada bulan Juli 1980, Masjid Sabilillah diresmikan pertama kali oleh Walikota Malang saat itu yaitu Bapak Sugiyono atau yang lebih dikenal Ebes Sugiyono.  Suatu perjuangan yang tidak mengharapkan apa-apa dari seorang H.Abdul Hamid Iskandar dalam mewujudkan Impian Rumah Allah yang bernama “ Masjid Sabilillah”, berdiri di tanah seluas 8.100 M2 terdiri dari 3 bangunan yaitu Bangunan Induk Masjid, Bangunan Menara, dan bangunan Pelengkap ( bangunan terakhir ini terdiri dari ruang kantor, aula, tempat wudhu, dan ruangan untuk Sekolah Taman Kanak-Kanak sebagai cikal bakal pendidikan Islam Modern Sabilillah di Kota Malang). Dengan keteguhan dan tekad kuat itulah mengantarkan Beliau menjadi Ketua Umum Yayasan Sabilillah dan diberi kepercayaan langsung oleh Alm. KH. Masykur untuk menjalankan roda kelanjutan Yayasan Masjid Sabilillah Malang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *