Shalat Imun Terbaik Penangkal Semua Penyakit

Semua ibadah yang disyariatkan islam, selalu ada hikmahnya, mulai shalat, puasa, zakat dan haji. Allah SWT menegaskan semua ibadah harus ihlas karena Allah SWT, bukan dikonversikan dengan urusan, sebagaimana pernyataan Allah SWT “tidaklah aku ciptakan bangsa jin dan manusia, kecuali untuk ber-ibadah (Q.S Adz-Dzaariyaat (56).[1] Di dalam ayat lain, Allah SWT menegaskan “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[2]…(QS.Al-Bayyinah (98:5).

Shalat lima waktu harus dikerjakan dengan baik, benar, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, sebagaimana sabdanya “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat shalatku”.[3] Jumlah sahabat yang bermukim di Makkah dan Madinah mencapai ribuan, sebagian dari mereka pernah melihat bagaimana shalatnya Rasulullah SAW, sehingga antara sahabat kadang terjadi perbedaan pendapat terkait dengan masalah furuiyah, seperti gerakan, bacaan, dalam shalat itu sendiri.

Mengerjakan shalat itu harus ihlas agar diterima Allah SWT. Imam Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Al-Syafii menilai bahwa ihlas itu ada tiga tingkatan.

Level paling tinggi: Tingkatan ikhlas yang paling tinggi adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk (manusia) di mana tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukan hak penghambaan, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan sebagainya.”

Level Kedua: Tingkat keikhlasan yang kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian akhirat seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan menikmati berbagai macam kelezatannya.”

Level Ketiga: “Tingkatan ikhlas yang ketiga adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian duniawi seperti kelapangan rezeki dan terhindar dari hal-hal yang menyakitkan”.[4]
Bagi muslim awam, sebagian dari mereka masih transaksional di dalam beribadah kepada Allah SWT, seperti mengerjakan ibadah sering kali dibarengi dengan keinginan duniawi, seperti Istikomah mengerjakan Shalat Dhuha, dengan harapan rezekinya lancar. Sedekah, namun berharap agar rezekinya bertambah. Kendati demikian, para ulama fikih membolehkan.

Dalam berbagai hasil penelitian terkini, ternyata orang yang rajin berpuasa baik wajib maupun sunnah yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah SWT, ternyata menjadikan fisik semakin sehat nan kuat. Rasulullah SAW berkata dalam hadisnya yang artinya “berpuasalah, niscaya kalian sehat”.[5] Terbukti Rasulullah SAW‎ tidak pernah sakit dalam hidunya, kecuali menjelang ajalnya.

Penelitian terkini yang dilakukan oleh ilmuan Malaysia menemukan, bahwa shalat itu bisa menjadikan fisik semakin sehat dan kuat. Dengan catatan, shalatnya baik dan bagus, sesuai dengan tuntunan Muhammad SAW‎, bukan sekedar shalat menggugurkan kewajiban. Dalam pandangan agama, shalat itu benar-benar dilaksanakan dengan niat ibadah kepada Allah SWT.
Prof. Dr. Wan Azman Ahmad, konsultan spesialis jantung UM (Universitas Malaya) Malaysia Medical Centre, mengemukakan “12 rakaat shalat sama dengan 30 menit olahraga ringan” sebagaimana yang dianjurkan ahli-ahli kesehatan.

Yang lebih menarik dalam penelitian, ternyata shalat yang sempurna mampu menyembuhkan disfungsi ereksi kaum lelaki. Masih menurut peneliti’ percobaan yang kami lakukan terhadap dua orang pasien disfungsi ereksi, menunjukkan perbaikan yang sangat cepat (kesehatan seksual), setelah menjalani terapi shalat selama sebulan penuh.[6]

Rasulullah SAW itu sehat lahir dan batin, jiwa dan juga raganya, itu semua merupakan berkah dari rajin berpuasa dan Istikomah menjalankan shalat malam. Para ulama menegaskan ibadah apa-pun harus dilandasi ihlas dan taat kepada Allah SWT, bukan karena tujuan kaya, sehat, atau dikonversikan dengan urusan duniawi yang bersifat sementara. Rasulullah SAW berkata “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya”.[7]
Dalam kajian ihlas, ketika orang mengerjakan shalat dengan niat karena memenuhi perintah Allah SWT, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, ihlas karenanya, secara otomatis akan sehat lahir dan batin, tenteram jiwa serta keluarganya. Ibarat menanam padi, secara otomatis akan tumbuh rumputnya, sementara orang yang menanam rumput tidak akan tumbuh rumputnya.

Shalat Imun Terbaik Covid 19
Rasulullah SAW berkata “sebaik-baik amal kalian adalah shalat”.[8]Tidak ada amal ibadah seperti shalat, karena shalat itu merupakan interaktif dengan Allah SWT, ketika sedang bersujud seorang hamba sangat dekat dengan Allah SWT, seolah-olah sedang berbisik kepada Allah SWT.

Hendaknya, setiap orang yang mengerjakan shalat, baik wajib maupun sunnah hendaknya berusaha fokus (khusu’), agar semua anggota tubuh menjadi sehat. Rasulullah SAW berkata “shalatlah kalian, karena sesungguhnya di dalam shalat itu terdapat obat (penyembuh untuk jiwa jiawa dan raga). [9]
Dr. Muhammad Shaleh pengasuk Klinik Terapi Tahajud dan Trainer Shalat Khusyuk bercerita panjang seputar tahajjud mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Beliau mampu menerangkan dengan gamblang dan mudah manfaat shalat tahajud bagi kesehatan tubuh manusia.

Berdasarkan teks hadis Rasulullah SAW, hasil riset Dr. Muhammad Shaleh, dan Prof. Prof. Dr. Wan Azman Ahmad, akhirnya semua sepakat bahwa shalat itu bisa menjadi obat mujarab semua penyakit. Kendati demikian, para ulama tetap mengingatkan bahwa semua ibadah itu harus diniatkan taat kepada Allah SWT. Sehat bukan tujuan ibadah, tetapi tujuan ibadah adalah memperoleh ridho Allah SWT.

Untuk membuktikan hikmat shalat, bisa merujuk pada hadis Rasulullah SAW “

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (منْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِى جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ: رواه الترمذي)

Rasulullah SAW berkata “bara siapa yang melaksanakan shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah, ia tidak luput dari takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dicatat terbebas dari dua hal yaitu terbebas dari siksa neraka dan terbebas dari kemunafikan.” (HR. Tirmidzi).

Hadis di atas menjadi rujukan para ulama di dalam membuat sebuah eksperimen (mujarrobat) shalat malam. Siapa yang ingin mengetahui hikmah dan keutamaan ibadah shalat malam, biasanya dikerjakan selama 40 hari berturut-turut, sehingga bisa dirasakan hasilnya. Setelah melewati 40 hari, biasanya hasilnya bisa dirasakan, baik secara langsung atau tidak langsung.

Orang yang sakit biasanya merasa tenang batinnya, rasa takut dan khawatir hilang, semakin pasrah dan tawakal secara totalitas kepada Allah SWT. Ada juga yang diberikan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, karena imunnya meningkat secara signifikan. Sedangkan yang kesulitan materi, Allah SWT berikan rasa qonaah, syukur terhadap apa yang dimilikinya. Ada juga yang diberikan rejeki yang melimpah yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Bagi yang sedang belajar, diberikan kemudahan menghafal dan memahami pelajaran. Bagi yang rumah tangganya bermasalah, Allah SWT berikan jalan keluar terbaik. Tidak satu-pun masalah yang dihadapi seseorang hamba, kecuali dengan shalat yang baik dan berkualitas, baik shalat wajib maupun sunnah, maka semua akan menjadi mudah. Bagi Allah SWT, tidak ada yang tidak mungkin. Maka, dalam kondisi pandemi seperti ini, Shalat malam merupakan umun terbaik dari Covid 19. Ada 99 Hikmah dan Keutamaan Shalat.

Oleh Dr. Abd Adzim Irsad Lc, M.Pd – Malang, 6/10/2020

[1] ‎QS. Adz-Dzaariyaat (56).‎
[2] ‎QS.Al-Bayyinah (98:5).‎
[3] HR Bukhari, No. 631
[4] Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nashâihul ‘Ibâd, (Darul Kutub Islamiyah-Jakarta Tahun 2010), hal. 58)
[5] Al-Hafid, Al-Manawi, al-Taisiir bi Sarhi al-Jami al-Shoghir(Dar al-Nasr- al-Riyad, 2/187), tahun 1988
[6] Majalah HIDAYATULLAH, edisi 05/ XXII/ September 2009.
[7] HR. Bukhori dan Muslim
[8] HR Ahmad, hadis Tsauban ra, No. 22441
[9] HR. Ahmad, No. 9251

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *